Naumi dikenal sebagai sosok yang ceria. Ia pintar, ramah, dan selalu membantu orang lain. Namun, tak banyak yang tahu bahwa di balik senyum itu, ada perjalanan panjang penuh air mata yang membentuk dirinya menjadi pribadi yang kuat seperti sekarang.
Terjatuh Ketika Sedang Tinggi-Tingginya
Di usia 22 tahun, Naumi hidup dalam fase terbaiknya:
-
baru lulus kuliah,
-
mendapat tawaran kerja di perusahaan impian,
-
dan sedang menjalin hubungan dengan seseorang yang sangat ia sayangi.
Namun dalam hitungan bulan, semua berubah drastis.
Ayahnya jatuh sakit, keluarganya terlilit utang, pekerjaannya batal karena perusahaan mengalami pemangkasan, dan hubungan percintaannya kandas.
Naumi merasa semua yang ia bangun selama ini runtuh.
Ia kehilangan arah.
Ia kehilangan semangat.
Ia bahkan sempat bertanya kepada dirinya sendiri:
“Apa gunanya aku berusaha kalau akhirnya semuanya hilang?”
Hari Ketika Ia Memutuskan untuk Bangkit
Suatu malam, saat ia duduk di depan rumah menatap langit gelap, ibunya menghampiri dan berkata pelan:
“Kamu boleh jatuh, tapi jangan tinggal di bawah. Dunia terlalu luas untuk kamu menyerah di sini, Naumi.”
Kalimat itu seperti menyadarkannya dari tidur panjang.
Hari itu, Naumi mengambil keputusan: ia harus bangkit, bukan untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri.
Membangun Diri dari Nol
Naumi mulai melakukan hal kecil:
-
bangun lebih pagi,
-
menata ulang rencana hidup,
-
mengirim lamaran setiap hari,
-
belajar skill baru dari kursus online,
-
memperbaiki kepercayaan diri yang sempat hancur.
Dalam tiga minggu, ia berhasil menjadi freelancer.
Dalam empat bulan, ia mengumpulkan cukup uang untuk membantu pengobatan ayahnya.
Dalam enam bulan, portofolionya berkembang pesat dan ia mulai dikenal di komunitas pekerja kreatif.
Yang paling membanggakan, Naumi akhirnya mendapatkan kembali versi terbaik dirinya: mandiri, kuat, dan lebih bijaksana.
Sebuah Kesempatan yang Mengubah Hidupnya
Setahun kemudian, ia mendapatkan tawaran dari perusahaan yang dulu membatalkan kontraknya.
Tapi kali ini, posisi yang diberikan lebih tinggi.
Naumi tersenyum dan berkata dalam hati:
“Terima kasih, diri sendiri, karena tidak menyerah waktu itu.”
Ia menerima pekerjaan tersebut, namun tetap melanjutkan pekerjaan kreatif dan kegiatan sosialnya. Ia sering membagikan kisah perjuangan dirinya untuk menguatkan orang-orang yang juga sedang berada di titik terendah.
Pelajaran Hidup dari Naumi
-
Tidak apa-apa jatuh, yang penting bangkit lagi.
-
Kehilangan bukan akhir, tetapi awal perjalanan baru.
-
Ketika hidup memaksa kita mundur, sebenarnya ia sedang menyiapkan kita untuk lompatan lebih jauh.
-
Waktu memang sulit, tapi kita lebih kuat dari apa yang kita pikirkan.